JAKARTA (Arrahmah.id) – Isu mengenai kondisi kesehatan Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, kembali mencuat ke ruang publik. Hal ini dipicu oleh pernyataan dari seorang dokter yang aktif di media sosial, Dokter Tifa, yang menyebut bahwa Jokowi diduga tengah menderita penyakit berat berupa autoimun agresif yang berpotensi menyerang organ vital, termasuk ginjal.
Spekulasi bermula dari penampilan fisik Jokowi saat melakukan kunjungan ke Solo pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Dalam sebuah foto yang beredar luas, tampak tonjolan mencurigakan di bagian perut Presiden. Hal tersebut memicu berbagai pertanyaan dari publik, salah satunya terkait kemungkinan penggunaan alat medis.
“Pertanyaan netizen: ‘Doktif, yang di perut Pak JW itu alkes apa?’ Kalau melihat dari tanda dan gejala yang sama-sama kita lihat sejak April 2025 hingga sekarang, dan saya assess adalah penyakit autoimun agresif, maka dugaan saya alat itu adalah CAPD,” tulis Dokter Tifa dalam unggahannya di media sosial, dikutip Jumat (27/6/2025).
CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) merupakan alat cuci darah yang umumnya digunakan oleh pasien gagal ginjal untuk menjalani perawatan mandiri di rumah. Dugaan ini pun menimbulkan kekhawatiran luas mengenai kondisi kesehatan Presiden Jokowi.
Dokter Tifa juga menjelaskan bahwa penyakit autoimun agresif bukanlah kondisi ringan. Ia menyebut penyakit ini dapat menyebabkan gejala ekstrem seperti gangguan pada kulit, gatal hebat, hingga sarcopenia, yaitu penurunan massa otot secara drastis. Yang paling mengkhawatirkan, menurutnya, adalah jika penyakit tersebut menyerang ginjal.
“Sebagai dokter dan sesama manusia, saya khawatir terhadap kesehatan beliau. Ketika kondisi autoimun sangat agresif dan menyerang organ-organ vital terutama ginjal, maka penggunaan CAPD tidak akan cukup membantu,” tegasnya.
Tifa juga membantah anggapan bahwa kondisi Jokowi hanya merupakan alergi kulit usai kunjungan ke Vatikan. Ia menyebut narasi tersebut sebagai bentuk penyesatan publik.
“Saya tegaskan, ini sakit berat, berat sekali,” tambahnya.
Pernyataan ini pun menimbulkan respons beragam dari publik. Di satu sisi, banyak yang menunjukkan empati dan keprihatinan, namun di sisi lain muncul kritik terkait etika profesional dalam menyampaikan analisis medis terhadap tokoh publik tanpa pemeriksaan langsung ataupun konfirmasi resmi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Istana atau Presiden Joko Widodo terkait dugaan yang disampaikan oleh Dokter Tifa.
(ameera/arrahmah.id)